“Sebenarnya kenapa saia
masih menunggu?”
Ngga habis pikir selama
hampir setaun pertanyaan yang muncul memang seperti ini terus. Dan saia masih
belum menemukan jawabannya. Kejadian taun silam itu selalu menghantui pikiran
dan selalu bikin saia kalut. Kejadian yang sebenarnya hanya terjadi sangat
singkat seperti kedipan mata tapi bener-bener menimbulkan sakit yang mendalam
saat itu.....
Tepat setaun silam, ada
seekor lebah berpenampilan polos namun menarik. Dengan tubuh yang kurus kecil
lelah setelah hampir 2 tahun terbang mengembara dan belum menemukan kuncup
bunga yang berkenan memekarkan mahkotanya untuk disinggahi, ia tertarik oleh
sebuah bunga suram yang masih menutup kuncupnya namun terlihat berbeda dari
yang lain. Akhirnya ia mendekati sang bunga dan mulai memperkenalkan diri.
Bunga suram pun memberi
perhatian pada perkenalan sang lebah itu. Dalam beberapa situasi ia mampu
membuat lebah tertawa terpingkal-pingkal karena tingkah lucunya saat itu. Namun
bunga tetap menjaga jarak, baik dalam hal perkataan dan tingkahnya terhadap
lebah. Ia hanya malu, malu dengan titel suram yang ia bawa dalam dirinya.
Hingga suatu hari...
Sang lebah meminta izin
untuk singgah bersama dengan sang bunga. Ia ingin masuk kedalam mahkota sang
bunga dan singgah disana sehingga bunga harus membukakan kuncupnya untuk lebah.
Bunga memang merasa tertarik pada lebah sejak awal pertemuan mereka. Betapa
bahagianya hati bunga ketika lebah menyatakan ingin ia singgah bersamanya.
Tanpa pikir terlalu panjang bunga bersedia membukakan kuncupnya untuk sang
lebah. Namun satu hal yang membuatnya ragu, “apakah bunga suram ini pantas
untuk disinggahi lebah yang menarik sepertinya?”. Lebah tak mempedulikan
sesuram apapun bunga itu, ia percaya pada sang bunga dan mencintai segala
kekurangan yang ia miliki. Dan akhirnya bunga membukakan kuncup dengan pelan
namun pasti untuk sang lebah.
Setiap hari waktu yang
mereka habiskan adalah candaan, keceriaan, kebahagiaan. Mereka benar-benar
menikmati keadaan ini. Lebah menceritakan kisah petualangannya selama 2 tahun
yang rumit dan tak bisa menemukan tempat untuk bersinggah pada bunga.
Kemudian lebah ingin mengetahui si bunga
lebih jauh lagi.
Lihatlah! Warna bunga
suram sedikit demi sedikit mulai menjadi cerah karena lebah. Meskipun banyak
keceriaan yang bunga dapatkan dari lebah, ia tidak bisa membukakan hatinya
secara langsung, ia butuh adaptasi dan kesiapan yang matang untuk
memperkenalkan dirinya lebih jauh. Ia tidak mau terjadi suatu hal yang dapat
menghancurkan dinding kegelisahannya terbuka karena hal ini. Tak henti-hentinya
lebah meyakinkan bunga bahwa ia mencintai semua kekurangannya. Perlahan bunga
berusaha menepis semua perasaan khawatir yang membelenggu dalam dirinya demi
lebah yang sepenuhnya percaya pada dirinya. Ia tak mau mengecewakan lebah dan
dirinya sendiri. Dan hubungan di antara keduanyapun semakin erat.
Suatu hari lebah sedang
sibuk membereskan peralatan petualangannya. Bunga yang ingin mengajak bicara
tidak mau mengganggu lebah yang keliatannya sedang berkonsentrasi penuh pada
pekerjaan itu. Ia pun memperhatikan dari jauh sang lebah menyelesaikannya lalu
menunggu untuk berbicara seperti biasa setelah membereskan semua. Bunga terus
menunggu dan menunggu. Namun lebah belum juga berbicaranya hari ini, besok,
bahkan lusa dan mungkin besok lusanya lagi. Sampai beberapa hari ia tetap
menunggu, hasilnya tetap saja. “Apakah lebah masih belum selesai dengan
pekerjaannya?” tanyanya dalam hati. Ia takut mengganggu namun ia bimbang dan
rindu pada sosok yang membuatnya ceria seperti biasa.
Dan akhirnya ia sadar,
atmosfer diantara keduanya memang terasa berbeda. Tidak seperti dulu lagi yang
selalu ceria bersama, menghadapi dunia bersama. Dan astaga! Besok adalah hari
ulang tahun bunga. Hingga sampai besoknya, lebah hanya memberikan sapaan pendek
dengan ucapan selamat ulang tahun. Dingin yang bunga rasakan. Ia merasa warna
mahkotanya kembali memudar menjadi suram, semakin suram secara pelahan.
Bunga tak mau hal ini,
dan akhirnya murung. Hingga akhirnya ia tau bahwa tujuan lebah sibuk membereskan
perlatannya dihari lalu karena ia akan segera pergi untuk berkelana kembali.
Bagaimanapun, kata singgah memang hanya untuk sementara. Bunga harus merelakan
lebah pergi, bahkan ia lah yang memintanya pergi. Bunga mengerti, memang tak
ada yang mampu mencerahkan kesuramannya secara keseluruhan. Ia juga sadar ada
beberapa perbedaan antara dirinya dan lebah. Ia tak mau menyusahkan lebah
dengan keadaan suramnya. Ia mengerti, sangat mengerti! Dan saatnya bunga
meminta lebah pergi berkelana hingga ia menemukan bunga yang lain untuk
disinggahi ketika ia lelah nanti.
Hingga setaun ini,
meskipun masih dalam keadaan kuncup tertutup, sang bunga masih terus menunggu
lebah mengetuk kuncupnya, terus menunggu. Tapi ia selalu berusaha membohongi
dirinya, “dia tidak akan datang lagi, kau adalah bunga suram, ingatlah pada
peranmu itu!”. Hari demi hari, kuncup itu semakin tertutup, meskipun masih ada
sebersit harapan kosong yang membuatnya
merasa menunggu sesuatu yang tidak akan datang........
Hei kamu lebah yang
disana! Ini sudah setahun sejak perkenalan pertama kita ya.. kamu pasti tumbuh
semakin dewasa dan hebat, yang mampu menaklukan bunga-bunga lain disana.
Bagaimana menurutmu? Apa bunga suram ini keliatan bodoh karena masih
mengharapkan kedatanganmu padahal kamu ngga akan datang lagi kesini? Iyah, kamu
pasti ngga tau hal ini. Karena setiap hari bunga selalu membohongi dirinya
sendiri, kamu ngga akan tau. Kamu ngga tau seberapa sulit untuk membohongi diri
seperti ini, sakit. Tapi demi kesuksesanmu bunga rela membuat warnanya kembali
suram dan ngga akan mengganggumu. Temukanlah bunga lain yang bisa kamu singgahi
ketika kau lelah untuk berpetualang dan menjadikannya sebagai yang terakhir
bagimu. Hingga hari itu tiba, katakanlah pada dunia agar aku dapat mendengarnya
meskipun hanya sebuah isu, asalkan kuat dan jelas, aku akan percaya dan
mendoakan yang terbaik untukmu. Dan akupun akan ikut berbahagia untukmu.
Menjaga kesuramanku hingga menemukan lebah lain yang tepat.
Sayounara
....................... lebah X
27042013-00.58