Sekilas dari halaman cover sudah membuatku tertarik dengan
novel ini. Bagaimana tidak, dengan modal dibuatkan film inspirationalnya yang
diproduksi di sembilan negara(Indonesia, Thailand, Vietnam, China, India,
Tibet, Nepal, Iran, Saudi Arabia), seperti yang diceritakan kisah dalam
novelnya sendiri. Judulnya pun sudah membuat penasaran. Kok ada haji
kemana-mana pake backpacker. Dalam imajinasiku ini tokohnya pasti bersorban
putih mau naik gunung. Hehe..
Novel ini berkisah tentang Mada, bujangan yang taat sekali
pada aturan agama yang dianutnya, Islam. Ia tak pernah ketinggalan shalat,
membaca dan menghafal Al-quran, bersedekah, dll. Ia selalu tunduk pada perintah
Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Namun beberapa peristiwa yang ia alami membuat
keyakinannya goyah akan kebesaran Allah.
Mada meminang seorang perempuan bernama Sofia, yang tak lain
adalah teman masa kecilnya. Namun sebelum upacara peminangan dimulai, ia
mendapati Sofia tak ada di ruang pengantin. Sofia telah pergi entah kemana. Pernikahannya
pun gagal. Hal ini membuat jiwanya terguncang. Sama seperti beberapa waktu lalu
akibat ibunya meninggal dunia. Mada merasa kembali terpukul. Ia sudah
menjalankan seluruh perintah agama, namun tak merasa mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhannya. Keputusan untuk pergi meninggalkan rumah dan perintah
agama membuat ayahnya terpukul. Dari sanalah ia memulai perjalanan panjang yang
tak terduga dari berbagai negara.
Mada berubah menjadi liar. Tak gentar pada ancaman apapun
yang datang meskipun ia berada di negeri orang. Yang ia tahu, ia hanya ingin
berlari. Berlari dari kenyataan, berlari dari Tuhan. Kakak perempuannya, Mala,
pernah menjemputnya di Thailand dan mengajaknya untuk pulang ke Indonesia. Sekaligus
memberitahukan bahwa ayah tak henti-hentinya memikirkan dan merindukannya. Mada
tetap tak mau pulang. Akhirnya Mala mengabarkan bahwa ayahnya pergi menunaikan
haji dan juga pergi selamanya ke rahmatullah. Mada pun semakin berlari tak
tentu arah. Ia tak mau tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri.
Pertemuannya dengan berbagai teman seperti Glen –teman suka
dan duka ketika Mada dalam keadaan kacau, Marbel -yang mengingatkannya akan
sosok Sofia, Guo Yuchian –ulama di China pelosok yang menemukannya sakit parah,
Suchun –anak Guo Yuchian yang lembut hatinya, Syaukh Salahuddin –guru besar
yang membimbingnya menuju cahaya kejelasan, serta tokoh-tokoh lainnya yang
menyadarkan dirinya untuk kembali pada Sang Pencipta. Pada akhirnya ia paham,
bahwa rangkaian peristiwa yang ia alami bukanlah sebuah kebetulan, melainkan
sudah direncanakan Allah karena Ia masih menyayanginya. Perjalanannya pun
berakhir di tanah suci mekah menunaikan ibadah haji setelah mengunjungi
kediaman terakhir ayahnya di sana.
Menurut pendapatku, secara setting, novel ini cukup menarik
karena memberikan pengetahuan tertentu bagi pembaca mengenai keadaan di
negara-negara yang sudah dilintasi Mada. Pemilihan kata saat menjelaskan
keadaan mendebarkan juga mampu membuat saya ikut merasakan kekhawatiran pada
suasana dan nuansa cerita.
Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penulis
sebelum menerbitkan bukunya. Aku merasa kurang puas dengan bumbu-bumbu penyedap
kisahnya. Penulis sering sekali menambahkan cerita mimpi Mada, lamunan Mada,
dan flashback cerita kemudian kembali lagi ke cerita utama beberapa kali. Hal
ini membuatku agak kebingungan. Aku seringkali kehilangan keutuhan runtutan
cerita sehingga harus bolak balik membaca.
Konflik yang diusung dalam novel ini adalah konflik batin
Mada yang terpuruk atas peristiwa yang dialami lalu menyalahkan Tuhan. Dari
segi logika, menurutku kurang sreg jika konflik besar (dengan Tuhan) seperti
ini bisa disebabkan hanya karena putus cinta dan kehilangan ibu. Padahal ia dan
keluarganya taat beragama. Juga jika hanya karena perempuan, kok, kedengarannya
agak lebay gitu, ya. Hehehe.. mungkin pemilihan diksi penulis kurang greget
sehingga membuat tafsiranku seperti itu.
Dan yang paling fatal adalah banyak sekali ditemukan
typo(salah ketik) dalam penulisannya. Hampir di setiap lembar selalu aku
temukan typo. Margin penulisan juga tidak diatur menjadi Justify, tapi Align
Text Left (rata kiri) sehingga membuat tampilan bacaan menjadi kurang rapi.
Kedua hal ini membuat mataku agak risih dan terganggu. Kenyamanan pembaca dalam
tampilan penulisan juga perlu diperhatikan.
Meski begitu, aku tetap membacanya sampai lembar terakhir.
Secara keseluruhan novel ini cukup baik untuk dijadikan referensi bacaan
pengetahuan. Apalagi dibonusin CD bimbingan manasik haji dan umrah. Bermanfaat
sekali. Meskipun ulasanku agak sedikit pedas bukan berarti aku pandai membuat
novel. Namun aku mengulas dari segi sebagai pembaca. Oleh karena itu, mari kita
bersama-sama belajar memetik pelajaran yang ada, mengambil manfaatnya dan
membuang yang buruknya.
2 Juli 2016 – 10.15
Keren ulasannya
BalasHapusTerima Kasih sudah membaca :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTentukan dong teks ulasannya.beserta struktur
BalasHapus