Menyambut datangnya bulan suci Ramadan (dalam Bahasa Sunda
biasa disebut Munggahan) tahun 2016 ini, kami merencanakan pergi mendaki. Tapi
pendakian ini berkategori ringan. Maksudnya ngga nginep, juga gunungnya ngga
tinggi alias tempat wisata bertangga. Yep! Gunung Galunggung, Tasikmalaya-lah
tujuan kami.
Aku, Teipitutut, Tiwi, Fitri, dan Zian (teman Fitri),
berangkat pagi bertemu di area parkiran sekitar jam 10 pagi. By the way, lokasi
tempat parikirannya baru digarap sepertinya. Mungkin sudah antisipasi Munggahan
akan banyak pengunjung membludak datang kesana. Lokasinya ada di bawah parkiran
utama, berjarak sekitar 500 meter. Parkiran baru ini dikhususkan untuk
pengendara motor, sedangkan untuk pengendara mobil berada di parkiran utama.
Lalu bagaimana cara kita menjangkau parkiran utama dari parkiran baru ini?
Tentu saja. Tangga baru!!! Tangga utama aja udah bikin tulang bengek, lah ini
ketambahan tangga baru yang masih tanah berpijakan ditahan sama bambu. Tapi
tetep semangat melaju ke puncak, yah!
Setelah beratus-ratus anak tangga dilewati, akhirnya jam 11
lewat kami sudah berada di puncak. Beristirahat sekitar 5 menit kemudian
melanjutkan perjalanan menuju kawah. Kami berencana membangun tenda dan
makan-makan di sana. Untuk sampai ke kawah kami harus memutar area puncak ke
arah barat dan turun melewati jalan berpasir. Eits, hati-hati ya turunnya.
Selain agak licin, kalian juga bisa membawaoleh-oleh kerikil ketika turun dari
sana. Saat turun, langkahkanlah kaki menggunakan tumit agar tidak nyorodot
(red:terpeleset). Perjalanan pun akan terasa seolah kalian bermain ice-skating.
Heheh... oh ya, karena ga ada tongsis, bahan alami pun disulap sedemikian rupa
menjadi alat bantu eksis bersama (kayu) :D
Area berpasir untuk
turun ke kawah Gunung Galunggung
Tongsis tren 2016,
katanya...
Setelah sampai di spot yang nyaman, kami langsung
menyingkapkan tenda dan mempersiapkan makanan. Saatnya bakar ikan. Rujak.
Makaaaan. Yeaaaahhh!!!..
Seksi konsumsi beranggotakan ibu Fitri dan mbak Zian :D
mbak Tiwi sedang bersungguh-sungguh mengulek cabai pedas sebagai akibat pelampiasannya atas perlakuan dosen pembimbing yang menyebalkan beberapa bulan lalu *eh
Ikannya banyak gaya. Udah mau dimakan aja pada kumpul minta eksis dulu.
bakar kayuuu.. eh, bakar ikaaaaan....
Perut buncit, tas bawaan kempes. Haha.. karena udah pada
ngga muat dimasukkin perut lagi, akhirnya rujak dibagikan ke orang yang lewat
oleh Ms. Tiwi ahli menawarkannya. Hehe.. Istirahat sekitar 30 menit. Jam 3 sore
langsung beres-beres lagi bongkar tenda dan packing peralatan beserta sampah.
Pelajaran terpenting saat mendaki: jika tak mau membersihkan sampah di gunung,
setidaknya bawa kembali sampah yang telah kau bawa. Yukk ah eksis dulu..
Baru nyampe puncak lagi, kami sudah dibuat panik sama
kelakuan Fitri. Ia baru sadar tadi meninggalkan kunci motor menggantung di parkiran.
Ia dan Zian turun paling depan, ingin cepat-cepat memeriksa apakah kunci masih
menggantung disana, atau disimpan tukang parkir, atau mungkin sudah raib
bersama dengan motornya. Hari sudah mulai gelap. Dari atas puncak terlihat
parkiran bawah sudah lengang oleh motor, sepertinya tinggal motor kami yang
terparkir. Yang lain sudah pulang semua. Terlihat Jidou masih bertengger di
sana. Tapi ngga jelas apakah motor Fitri ada di sampingnya.
Kami bertiga segera menyusul Fitri di parkiran bawah.
Alhamdulillah ternyata motornya masih ada. Kunci ditemukan oleh tukang parkir
dan disimpan dengan aman. Bisa gawat kalo ilang tu motor. Masa dia pulang pake
ngesot. Hehe..
Zian (mungkin) sedang
eksis dengan motor tumpangannya yang selamat. Hehe..
5.30 kami berpisah di tempat parkiran menuju kediaman
masing-masing. Aku nganterin teh Ayu dulu ke Ciamis. Maghrib dijalan. Nyampe
rumah jam 7. Dan langsung tepar..
Thank you for this fun day, friends. Semoga puasa kita esok
selalu diberkahi Allah selama satu bulan penuh. Aamiin ya rabb..